Semua orang pasti punya cita-cita, mimpi,
atau minimal, harapan. Kalo ngana-ngana sekalian yang lagi baca tulisan ini ngakunya
gak punya cita-cita, mimpi atau harapan, mending ngeme-time dulu deh
dipojokan kamar mandi sambil showeran, bisa jadi itu mengindikasikan
kalo hidup ngana gak ‘hidup’.
Menurutku, hal yang paling gampang
dilakukan oleh manusia diseluruh dunia adalah berharap. Contoh deh, sebelum
tidur kalian berniat buat nyuci pakaian besok pagi, kalian berharap bisa
kebangun pagi-pagi, berharap besok hari cerah, berharap jemuran gak penuh sama
jemuran anak kosan yang lain. Atau, dikasi perhatian dikit sama doi eh situ
ngarep. Ups. Oke, intinya berharap itu gampang banget. Setuju?
Frankly, aku orangnya tipikal big dreamer.
Pemimpi kelas berat. Eh bukan deh, kelas obesitas tepatnya. Aku punya banyaaaaaaak
mimpi. Kalo dibikin list, struk belanja emak-emak pas diskon 50%+20% diakhir
tahun mungkin kalah panjang deh. Sebenernya malu liat diri sendiri, punya mimpi
yang banyak dan besar, tapi tindakan? Minim. Malu sama Tuhan, malu sama diri
sendiri, malu sama tulisan-tulisan di mading kamar. Malu!
Salah satu mimpiku dari kecil adalah pengen
jadi story teller. Dalam bentuk apapun. Penulis novel, puisi, blogger, pembicara,
narasumber, atau sekedar jadi temen cerita yang seru. Jangankan itu, ngungkapin
perasaan aja susah banget rasanya hahaha. Mungkin aku kurang baca, ilmuku
kurang, sedikit berguru, kurang mendengar, jarang berlatih, atau mungkin
sombong dan merasa pintar? Aduh, yakin deh, beta mah masih jauh banget dari
predikat pintar, walaupun kadang suka sok paham dan sok pintar wkwkwk.
Makin dewasa aku makin paham kalau hidup
ini sebenernya adalah proses belajar. Bahkan dalam islam, perintah pertama
didalam Al-Quran adalah Iqra (baca). Manusia diperintahkan Tuhan untuk
membaca. Apa yang dibaca? Apapun yang bermafaat dan menambah ilmu. Aku yakin
banget sama kombinasi kekuatan antara membaca (melihat) dan mendengarkan.
Coba deh, apalagi jalur belajarnya manusia selain itu? Makanya Tuhan
menciptakan manusia dengan 2 mata, 2 telinga, dan 1 mulut. Kita diperintahkan
untuk memperbanyak belajar, dan sedikit bicara, jika pun harus bicara,
hendaknya yang bermanfaat.
Jika hidup adalah proses belajar, maka
tujuan hidup adalah untuk jadi manfaat bagi orang lain. Oke, ini tujuan hidup
versi aku sih, tujuan hidup orang pastinya beda-beda. Bercita-cita jadi orang
yang bermanfaat. Caranya gimana? Harus punya ilmu. I means ilmu yang gak
cuma kita dapat dari pendidikan formal pastinya. Menurut petuah Minang “Alam takambang
jadi guru”. Bahkan dari seluruh alam kita bisa mencuri ilmu, dan kita semua
pasti tau kalau alam itu gak ada batasnya. Artinya apa? Ilmu itu gak ada
batasnya. Gak ada batasnya untuk kita mencari ilmu. Filosofis.
Kalian yang baca mungkin merasa heran dan
mikir “siapa sih lo sok bener tentang hidup, cita-cita dan ilmu?”. Aku bukan
siapa-siapa sih, cuma seorang mahasiswi cantik yang kuliah dijurusan akuntansi
Universitas Riau semester 8 dan sedang dalam proses belajar menulis penelitian
ilmiah. Dan tentunya seorang pemimpi garis keras. I wish… I was a master
story teller.
“You
may say I’m a dreamer, but I’m not the only one”—John lennon
0 Comments:
Posting Komentar