Selasa, 18 September 2018

berguru pada socrates-plato

 

Sekarang, pukul 12.33 dini hari, seusai membaca buku fenomenal & kontroversial “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia” karya Michael H. Hart yang sudah ku baca berulang kali. Malam ini fikiranku bekerja lagi. It does blow my mind. Terlepas dari urutan peringkat pertama kedua, atau ketiga, kali ini fokus ku pada tokoh kesekian puluh, Plato.

Dari dulu, aku tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan Filsafat. Buah fikiran filsuf. Buah fikiran orang-orang yang berfikir. Buah fikiran orang-orang yang bertanya. Buah fikiran orang-orang yang mencari. It’s beautiful. Human’s brain is amazing.

Lalu, kenapa Plato?

Plato ini Filsuf Yunani kuno, dia lah salah satu bapak moyangnya pemikiran Barat. Seorang yang gemar belajar. Berteman dan berguru pada Socrates, orang paling bijak, adil dan terbaik yang pernah saya kenal, menurut Plato.

Dari Socrates, Plato belajar banyak hal. Namun sayang, Socrates tak banyak menulis. Seumur hidup, Ia tak pernah menghasilkan tulisan. Namun buah fikiran Socrates ini melekat erat pada muridnya, Plato. Dalam karya-karyanya, Plato selalu menyebutkan Socrates sebagai tokoh utama dari fikiran-fikirannya.

Bagi Socrates, merenungi Filsafat adalah sebuah seni tingkat tinggi. Dalam perjalanan berfikirnya, Ia tak ingin terkesan menggurui, bahkan ia berkesan sebagai seorang yang selalu ingin belajar. Ia kerap kali mendatangi masyarakat kota Athena, berkeliling pasar tanpa alas kaki, bersikap seolah-olah bodoh demi berdiskusi dan mengajak orang untuk “berfikir”.

Menariknya, Ia “mengajar” bukan dengan metode ceramah, namun dengan Dialektik, yakni berdialog. Ia mulai dengan pertanyaan. Lalu lawan bicara berfikir, berpendapat, lalu ia tanyai lagi. Menarik menurutku, coba cermati lagi, berapa banyak guru/dosen kita yang berhasil bikin kita mikir dengan pertanyaan-pertanyaannya? Dulu sewaktu kuliah, aku ngerasanya ada 5 dosen yang berhasil bikin mikir. makasih pak, buk. aku padamu💕

Diakhir hayatnya, Socrates dihukum mati karena dituduh telah merusak generasi muda Athena. Bagaimana bisa seorang Socrates yang hanya sekedar bertanya, bertanya, lalu bertanya lagi bisa dianggap berbahaya? Karena dengan pertanyaan-pertanyaannya, ia berhasil membuat generasi muda berfikir. Ingat, Cogitto Ergo Sum. Aku berfikir, maka aku ada.


Balik lagi ke Plato, dalam buku “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia” karya Michael H. Hart, Plato ada di peringkat 40, sedangkan Socrates? Tidak masuk dalam daftar, guysss.

Dari experience mereka ini, kita bisa belajar, bahwa jika ingin dunia melihat fikiranmu, maka menulislah. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

قيدوا العلم بالكتابة
“Ikatlah ilmu dengan tulisan”
(Silsilah Ahadits Ash Shahihah no. 2026)
 
Socrates dengan semua fikirannya, ia bagi ke banyak orang, ia ciptakan banyak calon-calon pemikir, namun tak ia ikat ilmunya dengan menulis. Ia akan dikenang karena apa jika tak ada tulisan Plato yang mengabadikan fikirannya? 
 
Sebagai pengingat buat diri sendiri juga, agar terus menulis. Terutama ilmu yang bermanfaat, karena hidup gak melulu cinta wkwkwk


Keep writing! Semoga bermanfaat.
pis, laf and gawl💃


p.s. : link artikel yang bisa jadi referensi