Ada banyak hari yang telah terlewati. Tapi entah kenapa, hari ini, hari yang sangat ingin kutulis, kubaca dan kuingat serta kurasa lagi nantinya. Hari dimana satu hati kecil yang merasa sepi. Merasa kurang. Merasa tak lengkap, hanya karena satu kepingan hati lagi yang entah dimana. Ada hati yang begitu kurindui saat ini. Ada mata yang tak ku sapa pagi ini. Tak ada mentari serta bayang ku sendiri.
Aku tak tau apakah Siti Hawa merasakan ini? Atau Ainun pernah merasa serindu ini?
Entah ini diartikan rindu atau perasaan yang membenci sepi dan sendiri?
Begitu tak menentu diawal pagi, ketika kembali harus sendiri. Entah hati itu yang tak perasa atau aku yang terlalu merasa. Berjalan dilorong panjang yang telah berkali-kali kulewati sendiri, namun rasanya tak sesepi hari ini. Hembusan angin menerpa ku, ia membelai selendang panjangmu yang menbalut wajahku ini. Kemilau surya menyapaku dibalik celah-celah dedaunan pohon, sinarnya menyilaukanku, memperkecil kornea mata sendu ini. Jam tangan abu-abu melingkar sempurna di lenganku menunjukkan pukul 09.45. Waktu yang tepat untuk menyeruput oksigen segar pagi hari.
Aku tak sempurna. Memang, tak pernah aku sempurna. Tapi ini tak sama, ini bukan hari ku, bukan hari ku jika pagiku tanpamu, bukan hariku jika menatap langit senjaku tanpamu. Langit yang ku kagumi dikala jarum-jarum berbaring diangka 05.45. Langit yang sering kuberi nama 'Vanilla Twilight'. Langit berwarna kuning keemasan berbingkai bayangan hitam, siluet pepohonan.
Meski tak terbiasa, aku harus bisa.
Hati mu itu tengah dirindukan. Tak sadarkah kau?
Ada hati disini. Hati yang nantinya akan berjuang untuk kembali membiasakan diri untuk sendiri saat kau akan pergi. Aku tak menuntut kau apapun, hanya hati yang merengek mengucap rindu selalu. Dan ia memaksamu untuk redakan gelombang rindu itu.
