"Alhamdulillaaah”
ucapku seraya sujud syukur setelah melihat pengumuman hasil SNMPTN jalur ujian tertulis.
Tertera namaku, Dwy Rozaini, nomor peserta, jurusan, universitas tujuanku dan
sebuah kalimat yang membuat rasa syukurku bertambah, “Selamat atas keberhasilan
anda !” Aku berjalan keluar kamar, menuju kamar Orangtuaku. Sambil menangis, ku
ciumi tangan keduanya “ma, uik lulus Akuntasi UR” seruku sambil menunjukkan
pengumuman di netbook berwarna jingga
ini.
Seolah
tak percaya, kupandangi lagi dan lagi layar netbook-ku
hingga aku yakin bahwa penglihatanku tidak bermasalah, aku salah memasukkan
data atau terjadi eror pada netbook ini.
Setelah aku yakin bahwa memang benar-benar tidak ada kekeliruan, aku kembali
bersyukur, kuucap hamdalah tanpa henti. Bahagia rasanya jika apa yang kita
targetkan sebagai sasaran utama, tepat digenggaman.
Otakku
mulai memutar ingatan dan memflashback semuanya,
ketika aku mulai menapakkan kaki di tempat itu, untuk memulai perjuanganku
meraih predikat mahasiswa PTN. Saat itu langkahku gentar, gemetar. Aku takut.
Entah apa yang aku takutkan saat itu, terlalu banyak hal yang memberatkan aku
untuk melangkah penuh keyakinan. Aku ingat, aku takut jika aku tak bisa berbaur
dengan teman-teman dan lingkungan baruku, aku takut tak mampu mengikuti
semuanya dengan baik, aku takut akan gagal dan sia-sia. Tapi hatiku tak cukup
lemah untuk ditakhlukkan. Ku teguhkan niat, ku ucap doa, berbekal semangat dan
doa. Aku memulai Bimbingan Belajar.
Aku
juga ingat, sejak awal, jurusan Akuntansi ini bukanlah targetku. Ketika aku
masih di bangku SMA, aku membaca diri dan entah bagaimana begitu yakin bahwa
jurusan Bahasa Inggris adalah yang paling aku idamkan. Tapi kini? Semua berubah
seiring waktu, sungguh tak terduga rencana Tuhan, entah bagaimana Ia merubah
hatiku menjadi mencintai pelajaran yang baru beberapa kali ku sentuh. Aku suka
pelajaran ini, Akuntansi, pelajaran yang menarik.
Hal
itu bermula ketika aku tengah menjalani Bimbel, aku yang sebelumnya di IPA,
kemudian pindah kelas ke jurusan IPC. Di IPC, kami disuguhi materi IPA maupun
IPS. Pada awalnya memang terasa berat, mulai bimbel pada jam 10 pagi hingga jam
4 sore, buku pegangan yang harus dibawa juga tidak sedikit dan juga tidak
tipis. Belum lagi aku harus selalu diantar yang kadang merepotkan orang lain
dan membuatku terlambat, aku juga harus menunggu dijemput dan juga kembali merepotkan
orang lain pastinya. Namun ditengah banyaknya keluhan yang ku tahan, aku begitu
menikmati pelajaran IPS. Setelah lebih dari 2 tahun aku tak berjumpa dengan
yang namanya Sosiologi, Ekonomi, Geografi, kini aku kembali jatuh cinta pada
mereka, terutama pelajaran Ekonomi.
Aku
mengisi pendaftaran online SNMPTN pada tanggal 9 Mei. Otakku benar-benar sangat
ingat, aku menentukan pilihanku dengan seorang teman, teman yang kurasa sangat
setia kala itu. aku ingat ketika aku ragu akan pilihanku, namun kembali
diyakinkan olehnya. Dengan Basmalah, aku memilih Akuntansi UR dipilihan
pertama, FKIP Bahasa Inggris UIN Suska Riau dipilihan kedua dan Agroteknologi UR
sebagai pilihan terakhir.
“Kira-kira
bisa gak ya aku nanti kuliahnya?”
“Aku
yakin, kalo kamu, pasti bisa”
Setelah
hampir 2 bulan aku berusaha dan berdoa, pada tanggal 12-13 Mei 2012, kami, PTN fighterpun diuji. Ku awali pagi hari itu
dengan doa, kemudian berpamitan lalu meminta restu pada kakak, oom, dan
abangku. Dengan seragam putih hitam dan tas dibahuku yang telah lengkap dengan
alat ujian, aku dan saudaraku, Intan, berangkat ke medan perang, UR. Kulihat
sekeliling, jalanan penuh dengan putih hitam, mereka semua kah sainganku? Namun
rasa optimis dan semangatku membakar segalanya. Tekatku hari itu, aku harus
lakukan yang terbaik, semampuku. Sebelum masuk ke ruangan, ku telfon ibu dan
ayahku di Bagansiapiapi, untuk sekedar meminta restu dan doa. Ketika mendengar
suara mama, jantungku berdegup keras, aliran darah mengalir cepat, mataku
berair mendengar ia memberi semangat dan doa untukku.
Jika
tahu akan lulus di jurusan Akuntansi, tentu ketika SMA aku akan memilih Prodi
IPS ketimbang IPA, karena dengan begitu, tentu akan memudahkanku dalam
mempelajari jurusanku ini. Mungkin saat itu aku belum benar-benar mampu membaca
diri, aku belum mampu membaca apa yang benar-benar piilihan dan kemauanku.
Namun inilah jalan Tuhan, selalu tak terduga, ketika aku yakin akan pilihanku,
aku kembali berubah dan merasa ini lebih baik. Aku yakin ini jalan dari Tuhan.
Tuhan sendiri yang turun tangan menentukan takdir ini, semoga ini yang terbaik.
Di
depan sana banyak hal yang akan kulalui nanti, masih panjang perjuanganku, masih
jauh tujuan hidupku, ratusan wajah akan ku jumpai, ribuan hari yang kan
dilewati nanti, tentu berjuta pelajaran wajib ku petik. Rintangan jauh lebih
berat, jalan pasti lebih terjal, tikungan akan lebih tajam. Terbiasalah dengan
air mata, agar kau kuat. Tahan diri pada euforya, tak semua yang menyenangkan
itu baik. Ingat selalu, ibu, ayah dan keluarga menanti aku memakai topi toga 4
tahun kedepan. Setelah itu, semoga aku tak pernah puas akan ilmu. aamiin

0 Comments:
Posting Komentar